Terhitung sejak kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tahun 1945 sampai saat ini (2011). Pergantian Kepala Negara yang sudah 6 Orang menjabat. Perkembangan tekhnologi seiring dengan pemudaran budaya pada Negeri tercinta ini. Pertumbuhan penduduk yang tidak signifikan dengan pertumbuhan ekonomi menjadikan kesenjangan sosial, ditambah kurang adanya peran positif dari dunia pendidikan (Keluarga, Lembaga Pendidikan, dan Masyarakat sekitar).
Budaya masyarakat seperti gotong-royong dan toleransi, lenyap sudah dimakan surga dunia ("Uang dan materi") --- hamba uang''. Penjajahanpun semakin merebak, dengan adanya tipe eksploitasi pemikiran dengan serangan "instanisme" yang tumbuh dari adanya kebutuhan hidup itu sendiri. Hal ini saya namakan 'krisis moral'. Dimana etika, norma, serta tata krama sudah dianggap hal yang tabu dan 'kolot'. Pergaulan bebas yang tidak mendasar pada kodratik manusia.
Materi menjadi patokan dari segalanya, kepuasan sesaat menjadi kebutuhan biologis yang paling pokok. Tidak lagi memandang rasa malu, yang penting 'Aku happy'. Tertutup sudah mata hati manusia dijaman sekarang, sudah tidak bisa melihat (mana yang pantas dan tidak wajar), tidak bisa mendengar (mana peraturan dan larangan), tidak bisa berpikir (mana yang bersifat abadi dan sementara). Kepentingan pribadi dan golongan menjadi prioritas utama dalam hidup.
Pancasila sudah dianggap 'pancagila'.
Harkat, derajat, dan martabat manusia dinilai dari benda yang dimiliki, kesuksesan yang diukur dengan materi dan ' Uang' menjadi acuan hidup sehingga melupakan hal yang amat sangat berharga sebagai "harta karun" leluhur ibu pertiwi (Gajah Mada). Tidak hanya kaum bangsawan, kaum bawah pun menggila dengan kegilaannya---- Negara dilanda krisis moral.
Budaya masyarakat seperti gotong-royong dan toleransi, lenyap sudah dimakan surga dunia ("Uang dan materi") --- hamba uang''. Penjajahanpun semakin merebak, dengan adanya tipe eksploitasi pemikiran dengan serangan "instanisme" yang tumbuh dari adanya kebutuhan hidup itu sendiri. Hal ini saya namakan 'krisis moral'. Dimana etika, norma, serta tata krama sudah dianggap hal yang tabu dan 'kolot'. Pergaulan bebas yang tidak mendasar pada kodratik manusia.
Materi menjadi patokan dari segalanya, kepuasan sesaat menjadi kebutuhan biologis yang paling pokok. Tidak lagi memandang rasa malu, yang penting 'Aku happy'. Tertutup sudah mata hati manusia dijaman sekarang, sudah tidak bisa melihat (mana yang pantas dan tidak wajar), tidak bisa mendengar (mana peraturan dan larangan), tidak bisa berpikir (mana yang bersifat abadi dan sementara). Kepentingan pribadi dan golongan menjadi prioritas utama dalam hidup.
Pancasila sudah dianggap 'pancagila'.
- Kehidupan tak ber-Tuhan (Agama hanyalah tulisan dalam KTP),
- Tak berprikemanusiaan (yang kuat dialah yang bertahan--hukum rimba),
- Cerai-berai (tidak ada lagi kebersamaan "ringan sama dijinjing berat sama dipikul"),
- Lebih mementingkan golongan daripada masyarakat bersama (musyawarah bukan jalan keluar yang efektif),
- dan Ketidak adilan merajalela (Penguasa yang hanya memikirkan perut dan ketenaran; demi popularitas rela menjual kehormatan dan harga diri).
Harkat, derajat, dan martabat manusia dinilai dari benda yang dimiliki, kesuksesan yang diukur dengan materi dan ' Uang' menjadi acuan hidup sehingga melupakan hal yang amat sangat berharga sebagai "harta karun" leluhur ibu pertiwi (Gajah Mada). Tidak hanya kaum bangsawan, kaum bawah pun menggila dengan kegilaannya---- Negara dilanda krisis moral.
Semoga ini hanya ketakutan dan tidak pernah terjadi, walaupun kekacauan dan kesenjangan sosial yang terjadi saat ini menggambarkan hal yang saya uraikan, semoga kebenaran dan kebijaksanaan, serta keadilan tetap terjaga. Sehingga kemakmuran, kesejahteraan, kejayaan, dan kemerdekaan bisa dirasakan oleh setiap manusia di muka bumi ini.Jayalah Indonesia Ku, tenaga ku masih kuat dan utuh untuk membangun Negeri ini.
mantep sekali mas tulisannya...
BalasHapusLagi pusing,,, jadi hasilnya seperti itu..... he he he
Hapus