Cerita ini sengaja saya tulis untuk mengingatkan pulang-mudik dengan gaji yang pertama...... Cerita ini diceritakan oleh Bapak saya ketika saya pulang kampung di daerah Rangkasbitung.... (2012 Iedul Adha).Begini ceritanya:
Jenggot Panjang (inilah judulnya).
Lebaran Idul Adha atu sering juga disebut dengan Hari Raya Qurban. Disebut seperti itu karena pada Lebaran Iedul Adha dilakukan penyembelihan hewan qurban. Setiap Lebaran pada kepercayaan Islam tentunya sebelum penyembelihan hewan qurban dilkasanakan dahulu sholat (sembahyang) sunnah Iedul Adha yang mana didalam tahapan sembahyang itu terdapat kutbah.
Ketika kutbah dilaksanakan,,, berdirilah seorang khotib (orang yang berkutbah-berdakwah **red) dengan busana berjubah (ala arab) dengan gagah berdiri tegak di atas mimbar sambil mengeluskan jenggot nya (karena memang sang khotib berjenggot pangjang). Setelah itu, sang khotib mulai berdakwah dengan membacakan ayat-ayat dan hadits serta cerita mengenai perayaan hari raya qurban. Bersamaan dengan jalannya kutbah-dakwah itu, ada jamaah lelaki tua (yang mendengarkan khutbah) yang menangis dibarisan (shap) paling depan. Lelaki itu menangis tersedu-sedu sambil bercucuran air matanya. Melihat jamaah yang menangis, sang khotib makin gencar menyuarakan dakwahnya (karena bersemangat bahwa dia-sang khotib merasa bahwa khutbahnya itu telah menyentuh jamaahnya).
Selesai khutbah, semua jamaah beserta khotib bersalaman. Ketika lelaki tua itu bersalaman dengan sang khotib, dia membisikan sesuatu pada sang khotib.
Lelaki tua : " Maafkan saya ketika Pak Ustadz berkhutbah saya menangis"
Khotib : " Tidak apa-apa, itu lebih baik..... biarlah dosa kita diampuni oleh Allah SWT. Akuilah jika kita merasa punya kesalahan".
Lelaki tua : "Ia, saya akui kesalahan saya..... tetapi mau bagaimana lagi memang harus seperti itu"
Khotib : "Sebenarnya kesalahan apa yang telah Anda perbuat?"
Lelaki tua :"Saya telah mengorbankan domba kesayangan saya untuk dijadikan qurban di tahun yang lalu"
Khotib :" Lalu kenapa Anda menangis?"
Lelaki tua :" Maafkan saya... Ketika saya melihat Pak Ustadz berdakwah sambil mengelus-elus jenggot, saya teringat pada domba saya yang juga berjenggot seperti Pak Ustadz. Oleh karena itu saya menangis teringat domba saya yang berjenggot dan telah dijadikan qurban pada tahun lalu".
Sang Khotib termanyun...... Semangat nya luntur....... ha ha ha ha..
Anda boleh tidak tertawa!!!!!!