Pengertian Ikhlas
1. Takut akan popularitas.
2. Mengakui kekurangan diri.
3. Cenderung menyembunyikan amal kebajikan
4. Menyamakan tugas atasan dengan bawahan.
5. Mengutamakan keridhaan Tuhan daripada keridhaan Manusia
6. Cinta dan marah karena Tuhan
7. Sabar terhadap panjangnya jalan
8. Merasa gembira jika kawannya memiliki kelebihan
Baca selengkapnya -
Tanda Orang Bersifat Ikhlas
Ikhlas ialah menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhhaan (atas nama) Tuhan dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Dengan demikian, perbuatan seseorang benar-benar tidak dicampuri oleh keinginan yang bersifat sementara, seperti keinginan terhadap kemewahan, kedudukan, harta, popularitas, simpati orang lain, pemuasan hawa nafsu, dan penyakit lainnya (penyakit hati, dll).
Tanda-tanda keikhlasan itu sangat banyak, karena dapat dilihat dari kehidupan, perilaku, dan persepsi seseorang, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Berikut dikemukakan beberapa tanda tersebut (saya kutip dari buku "Ikhlas sumber kekuatan Islam" oleh DR. Yusuf Qardhawi, Gema Insani Press; Jakarta, 1996).
Seorang yang ikhlas senantiasa merasa khawatir dirinya popular (terkenal), karena ia sadar bahwa perbuatan yang dinilai Tuhan adalah perbuatan yang didasarkan pada apa yang ada di dalam hati, bukan semata-mata berdasarkan apa yang tampak.
Imam Ibnu Syihab az-Zuhri berkata, "Sedikit sekali kami melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa saja menahan diri dari makanan, minuman, dan harta. Namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan"
Pada hakikatnya popularitas itu tidak tercela oleh Islam. Yang dilarang ialah meminta nama kita dipopularkan, meminta jabatan, dan bersikap rakus terhadap kedudukan yang pada kahirnya muncul perselisihan. Adapun jika semua itu kita dapatkan tanpa meminta atau kita tidak berambisi meraihnya, maka hal itu tidak mengapa.
Seorang yang ikhlas selalu merasa dirinya banyak kekurangan di sisi (pandangan) Tuhan. Ia selalu merasa belum maksimal dalam menjalankan berbagai kewajiban (kebaikan dan ibadah) yang dibebankan kepadanya. Hatinya tidak pernah terjangkit penyakit bangga (ujub, ria, takabur) terhadap amal perbuatan maupun status dirinya (hal yang mengakibatkan sombong).
Mengakui kekurangan diri bukan berarti merendahkan diri. Dalam hal ini seperti kata pepatah "Padi berisi semakin menunduk".3. Cenderung menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus ikhlas lebih menyukai amal perbuatan yang tidak diketahui oleh pihak lain daripada amal yang gaungnya terdengar dimana-mana. Ia lebih suka tergabung dalam kelompok akar pohon, artinya akar itu merupakan tulang punggung (fondasi) pohon, dan hidup matinya pohon sangat tergantung pada akar, sedangkan akar pohon sendiri tidak terlihat oleh manusia karena tertanam di perut bumi. (Waspada akan kekuatan pemain dibelakang layar---itulah seruan musuh)
Menurut pandangan seorang yang tulus ikhlas, tugas yang diemban oleh seorang atasan sama dengan yang dipikul seorang bawahan (tidak mempopularkan atau menonjolkan perbedaan jabatan dan kedudukan dengan berperinsip "ringan sama dijinjing, berat sama dipikul"). Ia lebih mengutamakan bawahannya karena ia khawatir dirinya tidak bisa maksimal menjalankan tugas-tugas bersama. Sehingga tugas tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknya tanpa ada kesenjangan kerja.
Seseorang yang tulus ikhlas tidak hanya mencari keridhaan manusia, karena manusia memiliki keterbatasan. Tidak seperti halnya Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memiliki sifat kemaha sempurnaan.
Ia menjadikan cinta dan marahnya, pemberian dan penolakannya, ridha dan marahnya karena kecintaan pada Tuhan dan keinginan membela agama, negara (kepentingan bersama). Sikapnya tidak sama dengan sikap orang-orang yang senang mengeruk keuntungan duniawi. Ia lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri (human-society).
7. Sabar terhadap panjangnya jalan
Orang yang ikhlas akan tetap sabar, tegar meskipun jalan yang hendak ditempuh masih jauh dan banyak rintangan. Walaupun kemenangan dirasakan masih belum pasti, kesuksesan masih jauh dari harapan. Semua rintangan dan tantangan tidak menyebabkan ia malas, letih, dan putus asa sehingga berhenti di tengah jalan. Ia berjuang dan berusaha bukan hanya untuk kepopularan dari manusia, akan tetapi demi kebajikan dan keridhaan dari tuhannya.
Seseorang yang memiliki sifat ikhlas akan merasa senang dengan kawannya yang memiliki kelebihan. Ia akan memberi kesempatan kepada orang lain yang mempunyai kemampuan memadai untuk ikut mengambil bidang keahliannya. Ia mempersilakan orang itu tampil dan berperan memobilisasi dengan jabatannya tanpa merasa iri hati atau mendendam. Tidak seperti sekarang, merasa dirinya paling berpengalaman sehingga hatinya tertutup bahwa masih banyak orang lain yang lebih pintar dari pengalamannya. (selama visi dan misi masih sama, mengapa harus saling berebut kekuasaan, biarlah yang lebih pintar dan fresh yang memegang kendali dan yang tua/berpengalaman untuk membimbing, menasehati).
Dalam sebuah syair:
"Alangkah baiknya Anda tetap manis, sedangkan kehidupan penuh dengan kepahitan;
Alangkah indahnya bila Anda selalu ridha, sementara orang lain sedang marah;
Betapa baiknya di antara aku dan kamu terjalin hubungan harmonis, sedangkan di antara diriku dan dunia terdapat kehancuran;
Bila Anda benar-benar mencintai sesuatu, maka semuanya terasa mudah;
Dan yang di atas tanah adalah tanah."